Pandangan Politik Soekarno Dalam Membangun Masjid Istiqlal

Authors

  • Achmad Rizki Nugraha UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
  • Darul Ma'arif Nasaruddin Umar Office

Keywords:

Istiqlal, Soekarno, Masjid, Politik.

Abstract

Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara adalah satu dari sedikit masjid yang berdiri di tengah ibukota negara. Apalagi, sebagai masjid negara, ia berhadapan dengan rumah ibadah agama lain, yang di saat yang bersamaan juga, bertetangga dengan Monumen Nasional. Karena lokasinya yang sangat unik, maka menarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai bagaimana pemilihan lokasi dan pembangunannya, yang bersamaan dengan dinamika politik Indonesia di usianya yang belum cukup satu dekade, di bawah pemerintahan Presiden Ir. Soekarno. Artikel ini akan mencari tahu apa latarbelakang didirikannya Masjid Istiqlal? Apa pandangan politik Soekarno dalam pembangunan Masjid Istiqlal? dan bagaimana sambutan umat Islam ketika Masjid Istiqlal didirikan?  Untuk menjawab pertanyaan tersbut, metode penelitian yang dipergunakan di dalam artikel ini adalah metode historis, dengan mengumpulkan referensi pustaka maupun wawancara. Penelitian ini menemukan bahwa ide awal pendirian Masjid Istiqlal adalah gagasan dari tokoh Islam, yang kemudian didukung oleh Presiden Soekarno, yang ternyata, memang memiliki cita-cita untuk membangun masjid yang besar sejak di pengasingan. Soekarno memilih lokasi Masjid Istiqlal sebagaimana sekarang adalah simbol politis anti-kolonialisme, sekaligus sebagai simbol kebangkitan Indonesia pasca penajajahan. Keterlibatan masyarakat dari berbagai kalangan -baik dari segi latar belakang agama, profesi hingga afiliasi politik- dalam pembangunan Masjid Istiqlal menunjukkan bahwa masjid ini memang diinginkan oleh masyarakat Indonesia dan menjadi kebanggaannya sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia. 

Downloads

Published

2024-08-22

Issue

Section

Articles